Melaluiayat tersebut, dapat diketahui bahwa bertawasul penting dilakukan untuk memperoleh rahmat dan hidayah dari Allah. Bertawasul juga merupakan bagian dari syariat Islam. Bahkan, para ulama mazhab empat telah bersepakat membolehkan bertawasul dengan Rasulullah, baik ketika beliau masih hidup maupun setelah wafat. Baiklahlangsung saja kita kepada tatalaku dan cara mengamalkannya Hizib di amalkan ba'da sholat isya sebnayak 72 x dan setiap setelah sholat fardhu cukup di baca 3, 7, atau 11 x. Amalan di atas dilakukan selama 41 hari setelah selesai 41 hari amalan cukup di amalkan se ihklas nya 3, 7 atau 11 kali sehabis sholat fardhu saja. Hanyasaja sebelum mengamalkannya, dianjurkan untuk bertawasul / kirim al fatihah kepada: Tawasul untuk Baginda Nabi Muhammad SAW. Syekh Muhyidin Abdul Qodir al-Jailani. Syekh Mahfuzh Sya'rani Man Adjazza. Tawasul Untuk guru-guru . Untuk kedua Orang Tua. Untuk diri sendiri dan hajat masing-masing. Beberapaberkah dan khasiat yang dapat kita ambil jika mau mengamalkan Amalan Wirid Syekh Abdul Qodir Jaelani ini, diantaranya : Menghilangkan segala kegelisahan, kegundahan hati dan segala kesusahan dalam hidup anda. Seberat apapun beban yang anda rasakan akan terasa ringan dengan rutin membaca hizib tersebut. Vay Nhanh Fast Money. Jakarta, NU OnlinePengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim memberikan penjelasan perihal cara bertawasul yang diartikan sebagai berdoa kepada Allah SWT melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah.โ€œNabi Muhammad SAW memerintahkan ziarah kubur, ada perintah tawasul pula. Silalturahim itu bukan hanya di dunia, tetapi juga di alam kubur hingga di akhirat. Mereka yang tidak paham saja yang suka melarang,โ€ ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Senin 30/4 lewat akun twitter pribadinya Doktor lulusan Universitas Malaya, Malaysia ini mengungkapkan cara bertawasul yang baik menurutnya. Setelah bertawasul, Kiai Luqman memberikan contoh-contoh doa yang perlu dipanjatkan kepada Allah. โ€œBijaahi Syekh sebut nama seorang wali, mohon ya Allah tunaikan hajat kami, Engkau tinggikan derajat kami, Engkau sembuhkan penyakit kami, Engkau beri solsusi dari kesusahan kami, Engkau singkirkan pencela kami, Engkau usir musuh-musuh kami, Engkau limpahi Islam Iman Nikmat negeri kami, dan seterusnya,โ€ jelas penulis buku Cahaya di Majelis Kopi Luqman menjelaskan, tawasul di atas hanya salah satu contoh. Ia mengungkapkan banyak contoh tawasul yang diajarkan ulama dan Nabi Muhammad SAW.โ€œBanyak contoh tawasul yang diajarkan para ulama. Nabi SAW juga bertawasul pada para anbiya wal mursaliin. Anda bisa bertanya pada ulama dan para kiai daerah anda,โ€ tutur Direktur Sufi Center Jakarta ini. Fathoni Inilah Sholawat Syekh Abdul Qodir Jaelani, Fadilahnya Setara โ€“ Syekh Abdul Qodir al-Jaelani dikenal sebagai salah satu ulama yang mencapai tingkatan tertinggi bahkan disebut sebagai pemimin para waliyullah. Namun tidak tidak banyak tahu bahwa terdapat satu riwayat sholawat Syekh Abdul Qodir Jaelani yang memiliki fadilah sangat luar dalam sebuah perjalanan beliau mendapatkan bacaan shalawat yang terukir pada batu di pintu sebuah gua. Sholawat ini keutamaannya sebanding dengan itu Syekh Abdul Qodir Jaelani bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan beliau menanyakan perihal sholawat Syekh Abdul Qodir Jaelani tersebut kepada Rasulullah SAW menjawab โ€œSholawat itu bahkan sebanding dengan shalawat.โ€Inilah Bacaan SholawatnyaุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ุฏู ุจูŽุญู’ุฑู ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุนู’ุฏูู†ู ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽู„ูุณูŽุงู†ู ุญูุฌู‘ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุนูุฑููˆู’ุณู ู…ูŽู…ู’ู„ููƒูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุฅูู…ูŽุงู…ู ุญูŽุถู’ุฑูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุทูŽุฑูŽุงุฒู ู…ูู„ู’ูƒููƒูŽ ูˆูŽุฎูŽุฒูŽุงุฆูู†ู ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ุดูŽุฑููŠู’ุนูŽุชููƒูŽ ุงู„ู…ูุชูŽู„ูŽุฐู‘ูุฐู ุจูุชูŽูˆู’ุญููŠู’ุฏููƒูŽ ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ูˆูุฌููˆู’ุฏู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽุจูŽุจู ูููŠ ูƒูู„ู‘ู ู…ูŽูˆู’ุฌููˆู’ุฏู ุนูŽูŠู’ู†ู ุฃูŽุนู’ูŠูŽุงู†ู ุฎูŽู„ู’ู‚ููƒูŽ ุงูŽู„ู’ู…ูุชูŽู‚ูŽุฏู‘ูู…ู ู…ูู†ู’ ู†ููˆู’ุฑู ุถููŠูŽุงุฆููƒูŽ ุตูŽู„ูŽุงุฉู‹ ุชูุญูู„ู‘ู ุจูู‡ูŽุง ุนูู‚ู’ุฏูŽุชููŠู’ ุŒ ูˆูŽุชูููŽุฑู‘ูุฌู ุจูู‡ูŽุง ูƒูุฑู’ุจูŽุชููŠู’ ูˆูŽุชูู†ู’ู‚ูุฐูู†ููŠู’ ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุญู’ู„ูŽุชููŠ ูˆูŽุชูู‚ููŠู’ู„ู ุจูู‡ูŽุง ุนูŽุซูŽุฑูŽุงุชููŠู’ ูˆูŽุชูู‚ู’ุถููŠู’ ุจูู‡ูŽุง ุญูŽุงุฌูŽุชููŠู’ ุตูŽู„ุงูŽุฉู‹ ุชูŒุฑู’ุถููŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุชูุฑู’ุถููŠู’ู‡ู ูˆูŽุชูุฑู’ุถููŠู’ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู†ู‘ูŽุง ูŠูŽุงุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุญูŽุงุทูŽ ุจูู‡ู ุนูู„ู’ู…ููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุญู’ุตูŽุงู‡ู ูƒูุชูŽุงุจููƒูŽ ูˆูŽุฌูŽุฑูŽูŠู’ ุจูู‡ู ู‚ูŽู„ูŽู…ููƒูŽ ูˆูŽุณูŽุจูŽู‚ูŽุชู’ ุจูู‡ู ู…ูŽุดููŠู’ุฆูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุฎูŽุตู‘ูŽุตูŽุชู’ู‡ู ุฅูุฑูŽุงุฏูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุดูŽู‡ูุฏูŽุชู’ ุจูู‡ู ู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุนูŽุฏูŽุฏูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุทูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุญู’ุฌูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ุฑู‘ูู…ูŽุงู„ู ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุฑูŽุงู‚ู ุงู„ุฃูŽุดู’ุฌูŽุงุฑู ูˆูŽุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงุฌู ุงู„ู’ุจูุญูŽุงุฑู ูˆูŽู…ููŠูŽุงู‡ู ุงู„ู’ุนููŠููˆู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุขุจูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ู‡ูŽุงุฑู ูˆูŽุฌูŽู…ููŠู’ุนู ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ุงู„ุฒู‘ูŽู…ูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ุขุฎูุฑูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ู…ูŽุถูŽู‰ ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู‘ูŽู„ูŠู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ุงู„ู’ุบูŽูู‘ูŽุงุฑูโ€œYa Allah, sampaikanlah sholawat pada junjungan kami Muhammad SAW yang merupakan lautan cahayamu, simpanan rahasiamu, penyambung argumentasimu, yang terpinang dari kerajaanmu, imam di hadiratmu, pancaran daripada kerajaanmu, perbendaharaan rahmatmu, jalan bagi syariatmu, yang merasakan nikmatnya tauhidmu, manusia yang merupakan inti wujud, sebab bagi segala yang ada, inti segala inti dari makhlukmu yang telah lalu yang muncul dari pancaran cahayamu dengan shalawat yang menghapuskan masalahku, membukakan jalan bagi kesempitanku, menyelamatkanku dari keburukanku, yang menegakkanku dari ketergelinciran, yang memenuhi hajatku, shalawat yang engkau โ€ridhoi, beliau ridhoi dan dengannya kami diridhai.โ€โ€œWahai Rabb semesta alam. Sholawat sebanyak apa yang meliputi ilmu, yang terhitungkan dalam Kitabmu, yang tercatatkan oleh penamu dan yang telah lalu sebagaimana yang menjadi keinginanmu dan terkhususkan oleh kehendakmu, yang disaksikan malaikat malaikatmu. Shalawat sebanyak hujan, bebatuan, pasir, dedaunan, pepohonan, buih di lautan, air pada mata air, sumur-sumur, sungai sungai, dan sebanyak makhluk yang diciptakan oleh Tuan kami dari awal zaman hingga akhir zaman, dan sebanyak peristiwa yang berlalu di malam dan siang hari, segala puji bagi Allah, yang Maha Mulia, Maha Pengampun.โ€ Sebuah kisah dari hikayat Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani di bawah ini dapat menjadi contoh konkret untuk mempermudah pemahaman kita mengenai hikmah atas karunia dan jalan takdir semasa hidupnya, Sang Wali Qutub Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani memiliki pengaruh yang begitu luas dan terus meluas ke seluruh penjuru dunia. Murid-muridnya banyak yang kemudian memperoleh kedudukan penting, di antaranya menjadi penguasa. Beliau memang menugaskan dan mengirimkan sebagian muridnya agar dapat menjadi wakilnya sesuai dengan kapasitas diri dan kualitas batin masing-masing. Ada yang menempati jabatan hakim, gubernur, hingga raja. Sedangkan sebagian lainnya diangkat menjadi guru spiritual karena tingkatan Abdul Qadir Al-Jaelani diceritakan memiliki seorang pembantu di kediamannya. Pembantu tersebut adalah seorang faqir yang telah mengabdi selama 40 tahun. Dalam rentang waktu itu, ia telah menyaksikan beberapa murid yang jauh lebih muda dan belum lama mengabdi, namun dipilih oleh Sang Wali untuk menempati jabatan pembantu tersebut menghadap ke Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berharap agar diberikan posisi penting tertentu mengingat ia salah seorang yang telah paling lama mengabdi. Ia khawatir dengan usianya yang semakin tua, pembantu itu menyampaikan maksud permohonannya. Akan tetapi, belum selesai ia berkata-kata, datang satu utusan dari India. Mereka meminta Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani untuk menunjuk seorang maharaja bagi kerajaan Wali Qutub lalu menatap pembantunya dan menanyakan โ€œApakah kamu sanggup mengemban tugas ini? Apakah dirimu memenuhi syarat?โ€ Pembantu tersebut mengangguk penuh para utusan keluar dari ruang pertemuan, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menyampaikan persyaratan kepada pelayannya. Dia berkata โ€œAku akan mengangkatmu sebagai maharaja di sana, namun kamu harus berjanji untuk memberikanku separuh dari keuntungan dan kekayaan kerajaan yang kamu peroleh selama berkuasa.โ€ Pelayan tersebut tentu saja dengan senang hati Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani yang bekerja sebagai juru masak itu kembali ke pekerjaannya di dapur. Dirinya harus menyiapkan dan menyajikan sebuah hidangan besar. Saat tengah mengaduk masakannya di dalam kuali raksasa dengan sendok kayu, ia dipanggil untuk pergi bersama utusan-utusan dari India karena akan segera dinobatkan menjadi maharaja di negeri di India, pembantu Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani pun diangkat menjadi raja. Ia memperoleh kekayaan yang melimpah-ruah. Tak lama, dirinya menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Ia membangun banyak istana untuk dirinya dan keluarganya sendiri. Kekuasaan, keberlimpahan, dan kesenangan hidup dengan segera membuatnya melupakan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berikut dengan janji yang pernah ia ucapkan dahulu. Dia sudah terlalu asik dan tenggelam dengan dunia suatu hari, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani mengirim utusannya untuk menyampaikan bahwa ia akan berkunjung. Pelayan yang telah menjadi raja di India tersebut bersiap-siap menyambut kedatangan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani di serangkaian prosesi upacara, serta pesta meriah nan megah diselenggarakan, mereka berbincang berdua. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani mengingatkan kesepakatan mereka bahwa ia harus menyerahkan setengah dari hasil keuntungan kerajaan kepada tersebut jengkel karena diingatkan janji untuk memberikan sebagian kekayaannya kepada sang wali. Apa boleh dibuat, maharaja tidak bisa mengingkari janjinya, dia menyampaikan kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani bahwa dirinya akan menyerahkan setengah harta kerajaannya pada esok lusa. Meskipun demikian, terlintas dalam niatnya kalau dia tidak akan sungguh-sungguh memberikan sejumlah yang menumpuk seiring waktu, mengakibatkan sifat tamak raja pun tumbuh. Ia melakukan pencatatan aset secara tidak jujur. Ia membawa daftar kekayaan tersebut di hari yang telah direncanakan. Lalu memberikan sebagian harta kekayaannya kepada Sang Wali sesuai dengan catatan yang telah dibuat. Meskipun catatan tersebut mencantumkan banyak istana dan harta lainnya, namun itu hanyalah sebagian kecil dari miliknya. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani terlihat puas melihat daftar kekayaan yang ia Abdul Qadir Al-Jaelani lantas bertanya โ€œAku mendengar kau juga mempunyai seorang anak laki-laki?โ€โ€œIya, sayangnya hanya seorang. Jika ada dua, pasti aku pun akan memberikan salah satunya padamu.โ€โ€œTidak apa-apa, kemarikan anak itu.โ€ Perintah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. โ€œKita masih dapat membaginya.โ€Anak itu dibawa ke hadapan mereka. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menghunus pedangnya yang tajam tepat di atas bagian tengah kepala anak itu. โ€œKamu akan mendapatkan setengahnya, dan setengahnya lagi akan menjadi bagianku!โ€ Tukas ayah begitu ketakutan. Ia mencabut belatinya sendiri dan menujamkan tusukan dari kedua tangannya ke dada Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani dengan kedua mata terpejam. Ketika ia membuka matanya, ternyata ia masih sedang mengaduk makanan di kuali besar dengan sendok kayu. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berdiri tepat di hadapannya dan menatap lekat-lekat. Sang Wali berujar โ€œSebagaimana kau saksikan sendiri, kau belum siap menjadi wakilku. Karena kau belum menyerahkan segalanya, termasuk dirimu, kepadaku!โ€Sebagai kekasih Tuhan, Syekh Muhyiddin Abdul Qadir Al-Jaelani, dikarunia dengan kemampuan โ€œmembacaโ€ manusia karena dirinya telah kasyaf tersingkapnya tabir antara dirinya dengan Tuhan. Dia dapat menyelami dimensi hakikat yang memperlihatkan sifat-sifat asli manusia telanjang di mata batinnya. Sehingga dia mengetahui persis siapa-siapa manusia yang cocok untuk satu urusan, tetapi tidak tepat menempati posisi tertentu. Hal tersebut terkait dengan perbedaan maqom atau derajat itu hakikatnya unik. Keunikan yang merupakan sebuah keniscayaan karena sebagai hasil karya Tuhan, manusia diciptakan dengan keanekaragamannya masing-masing. Keunikan tersebut meliputi perbedaan segala sifat dan karunia yang diterima oleh tiap manusia sesuai dengan kadar kemampuan dan kapasitas lahir-batinnya. Jika dalam sebuah lintasan takdir seorang manusia direncanakan Tuhan akan menjadi pemimpin besar, sudah tentu dalam dirinya memiliki daya-daya rohani yang telah disiapkan oleh daya-daya tersebut pastilah melewati proses panjang pematangan diri dengan berbagai ujian dalam pengalaman hidup. Proses ini berbeda antara satu manusia dengan manusia lainnya, sehingga juga akan melahirkan kualitas pribadi yang tidak akan pernah sama. Ketika seorang manusia menyadari anugerah yang diperolehnya dari Tuhan, bisa bakat atau keahlian tertentu, pada dasarnya dia sedang diarahkan untuk mencapai sebuah tujuan takdir tertentu. Namun, jika dirinya bernafsu menghendaki sesuatu atau posisi yang bukan adalah bagian takdirnya, dia tidak akan pernah sampai ke sudahkah kita sendiri menyadari di mana maqom kita? Sejauh mana kita telah memposisikan diri sesuai dengan kapasitas lahir-batin yang dianugerahi? Wallahu aโ€™lam bisshawab. Tasawuf Aswaja Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani., Syekh Abdul Qadir al-Jailani dikenal sebagai pendiri Tarekat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tarekat ini terus berkembang dan banyak diminati oleh kaum Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tarekat tersebut, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga sebagian Afrika dan Asia, termasuk lahir pada 470 H. 1077-1078 di al-Jil disebut juga Jailan dan Kilan, kini termasuk wilayah Iran. Ibunya, Ummul Khair Fatimah bint al-Syekh Abdullah Sumi merupakan keturunan Rasulullah Saw.. melalui cucu terkasihnya ketika Ibunya berkata, โ€œAnakku, Abdul Qadir, lahir di bulan Ramadhan pada siang hari bulan Ramadhan, bayiku itu tak pernah mau diberi makan. Ketika berusia 18 tahun, beliau pergi meninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad.โ€œKudatangi ibuku dan memohon kepadanya, izinkan aku menempuh jalan kebenaran, biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para bijak dan orang-orang yang dekat kepada Allah.โ€ Pada waktu itu, Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama, antara lain Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al Farra dan juga Abu Saโ€™ad al Muharrimiseim. Beliau menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para pada tahun 521 H/1127 M, Syekh Abdul Qadir al Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat. Tidak butuh waktu lama beliau segera dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, beliau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi yang Abdul Qadir al-Jaelani di kenal sebagai pelaku sufi yang mukhlis ikhlas. la rutin mengamalkan wirid dan dzikir, kegiatan wirid dan dzikir biasanya dilakukan setelah sholat sunnah, baik siang ataupun malam demikian ia juga sering melakukannya setelah sholat fardhu. Sholat-sholat sunnah yang sering dikerjakan al-Jaelani ini setiap hari meliputi Shalat witir 3 raโ€™aat, Shalat fajar. Shalat Isyraq setelah matahari terbit, Shalat Istiโ€™adah, Shalat Istikharah, Shalat Dhuha, Shalat Kaffarah li al-qawl, dan Shalat Tasbih. Sedangkan dzikir kesehariannya antara lain membaca al-Qurโ€™an paling sedikit 200 ayat, Surat al-Ikhlas 100 kali, Shalawat 100 kali, Sayyidaul Istighfar 100 x, Tahlil 100 MaqamatJalan untuk mencapai proses tersbut sangatlah panjang, yang disebut dengan al-maqamat. Adapun macam-macam dari al-maqamat itu sendiri ada 9, yaituMaqam tawbat, yaitu meninggalkan dan tidak mengulangi lagi suatu perbuatan dosa yang pernah dilakukan, demi menjunjung tinggi ajaran-ajaran Allah dan menghindari waris yaitu menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu guna menjungjung tinggi perintah Allah atau meninggalkan sesuatu yang bersifat zuhd. yaitu lepasnya pandangan kedunian atau usaha memperolehnya dari orang yang sebetulnya mampu shabr, yaitu ketabahan karenadorongan agama dalam menghadapi atau melawan hawa nafsu;Maqam faqir, yaitu perasaan tenang dan tabah di kala miskin harta dan mengutamakan kepentingan orang lain di kala khauf, yaitu rasa ketakutan dalam menghadapi siksa dan azab rajaโ€™, yaitu rasa gembira karena mengetahui adanya kemurahan dzat yang Maha tawakal, yaitu pasrah dan bergantung kepada Allah dalam kondisi ridha, yaitu sikap tenangdan tabah tatkala menerima musibah sebagaimana di saat menerima Tarikat QodiriyahPada dasarnya ajaran Syekh Abdul Qadir Al Jailani tidak ada perbedaan yang mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama golongan Ahlussunnah Wal Jamaah. Sebab, Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah sangat menghargai para pendiri mazhab fiqih yang empat dan teologi Asyโ€™ Abdul Qadir Al Jailani sangat menekankan pada tauhid dan akhlak yang terpuji. Menurut al-Syaโ€™rani, bahwa bentuk dan karakter Tarekat Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah Tauhid, sedangkan pelaksanaannya tetap menempuh jalur syariat lahir dan Abdul Qadir Al Jailani berkata kepada para sahabatnya, โ€œKalian jangan berbuat bidโ€™ah. Taatlah kalian, jangan menyimpang.โ€Ucapannya yang lain โ€œJika padamu berlaku sesuatu yang telah menyimpang dari batas-batas syariat, ketahuilah bahwa kalian dilanda fitnah, syetan telah mempermainkanmu. Maka kembalilah pada hukum syariat dan berpeganglah, tinggalkan hawa nafsu, kerena segala sesuatu yang tidak dibenarkan syariat adalah batil.โ€Menurut Syaikh Ali ibn al-Hayti menilai bahwa tarekat Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah pemurnian aqidah dengan meletakkan diri pada sikap beribadah, sedangkan Ady ibn Musafir mengatakan bahwa karakter Tarekat Qodiriyah adalah tunduk di bawah garis keturunan takdir dengan kesesuaian hati dan roh serta kesatuan lahir batin. Memisahkan diri dari kecenderungan nafsu, serta mengabaikan keinginan melihat manfaat, mudarat, kedekatan maupun perasan ajaran spiritual Syekh Abdul Qadir Al Jailani berakar pada konsep tentang dan pengalamannaya akan Tuhan. Baginya, Tuhan dan tauhid bukanlah suatu mitos teologis maupun abstraksi logis, melainkan merupakan sebuah pribadi yang kehadiran-Nya merengkuh seluruh pengalaman etis, intelektual, dan estetis seorang selalu merasakan bahwa Tuhan senantiasa hadir. Kesadaran akan kehadiran Tuhan di segenap ufuk kehidupannya merupakan tuntunan dan motif bagi kebangunan hidup yang aktif sekaligus memberikan nilai transeden pada Rasulullah dalam hadis, โ€œSembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia melihatmu,โ€ merupakan semboyan hidupnya, yang diterjemahkan dalam praktik kehidupan menggambarkan keluasan kesadarannya akan kehadiran Tuhan yang serba meliput. Ia meyakini bahwa kesadaran ini membersihkan dan memurnikan hati seorang manusia, serta mengakrabkan hati dengan alam hari, ketika kesadarannya sedang berada dalam keadaan ekstase, Syekh Abdul Qadir Al Jailani berkata pada dirinya sendiri, โ€œAku merindukan suatu kematian yang dalamnya tiada lagi kehidupan dan sebuah kehidupan yang tiada kematian di dalamnya.โ€Kemudian Syekh Abdul Qadir Al Jailani menjelaskan makna ungkapan di atas, yaitu dengan bertanya kepada dirinya. Maka aku bertanya, kematian macam apa yang tidak memiliki kehidupan dan kehidupan macam apa yang memiliki kematian di โ€œKematian yang tidak memiliki kehidupan di dalamnya adalah kematianku dari seluruh manusia, dengan begitu aku tidak lagi hidup bahkan ditemui di antara mereka. Dan kehidupan yang tidak memiliki kematian adalah kehidupanku yang menyertai perbuatan Tuhanku, sedemikian rupa sehingga di dalam keadaan itu, diriku tidak lagi memiliki eksistensi dan kematianku adalah eksistensiku bersama-Nyaโ€œ. Setelah aku mengerti ternyata inilah yang paling berharga dari seluruh tujuan pandangan Syekh Abdul Qadir Al Jailani, kehidupan yang ter mulia adalah kehidupan orang-orang yang sepenuhnya membaktikan diri pada Tuhan semata. Dan karena alasan ini pulalah manusia dihadirkan Tuhan, seperti yang termaktub dalam Al-Qurโ€™an, โ€œDan tidak aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKuโ€ QS. Al-Zariyat [51] 56.Semakin manusia berjuang โ€œhidup demi Tuhanโ€, dirinya akan semakin dekat dengan terwujudnya tujuan kehidupan ini. Seorang manusia harus menyerahkan kehidupannya, bilamana ia berhasrat memburu kesadaran Ilahiah โ€œEksistensi yang sadar Tuhanโ€ memberikan kekuatan spiritual pada manusia; ia mengangkat pergulatan keras duniawi untuk memperoleh kesenangan hidup dan keuntungan yang sedikit, menuju kebahagiaan dan ketenangan spiritual, dan membuetnya akrab dengan sumber segala kekuatan.

cara bertawasul kepada syekh abdul qodir jaelani